Teh adalah minuman yang biasa kita temukan yang gampang dicari maupun dibuat. Teh yang kaya gizi merupakan obat yang baik untuk beberapa penyakit. Teh juga mengandung antioksidan tinggi yang mampu regenerasi dan perbaiki sel-sel tubuh yang rusak, mencegah penuaan dini hingga melawan radikal bebas. Faktanya teh juga mengandung Kafein yang dapat mempengaruhi penyerapan gizi pada sistem pencernaan, seperti chamomile atau teh hijau.

Penelitian membuktikan, bahwa meminum teh secara rutin dapat mengurangi risiko kanker, hipertensi, liver, serangan jantung dan stroke. Teh juga membantu menurunkan berat badan. Banyaknya khasiat dari Teh menjadi minuman favorit bagi orang-orang, terutama di Inggris dan Asia sejak berabad-abad lalu.

Penelitian juga membutikan bahwa meminum teh setelah makan dapat meredakan perut kembung dan gas di perut. Tapi perlu dicatat bahwa tidak semua jenis teh sama, seperti teh hijau dan teh herbal yang mengandung polifenal dan antioksidan yang dapat membantu gangguan pencernaan. Teh ini juga dapat membuat sistem pencernaan bekerja secara efisien karena menginduksi produksi empedu, cairan labung dan air liur. 

            Lalu, kenapa minum Teh setelah makan tidak disarankan? Beberapa studi menyatakan bahwa senyawa fenolik dalam teh dapat berpengaruh pada penyerapan zat besi karena kandungannya yang membentuk kompleks besi. Penelitian dari Critical Reviews in Food Science and Nutrition juga terbukti bahwa jika konsumsi teh sambil atau sehabis makan, kandungan Tanin dan Polifenol langsung mengikat protein dan zat besi sebelum diserap tubuh, jadi gizi yang dikonsumsi menjadi sia-sia.

           Teh harus dihindari setidaknya satu jam setelah dan sebelum makan, karena kandungan Tanin dalam teh dapat menganggu penyerapan zat besi. Kalau kamu mau minum Teh setelah makan, pilih Teh Hijau atau Teh Herbal karena dapat membantu pencernaan dalam tubuh.